Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan
pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Tongkat
kepemimpinan bergantian dipegang oleh Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khaththab,
Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan seterusnya. Di masa Khulafa
as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Perluasan wilayah menjadi bagian tak
terpisahkan dari upaya penyebarluasan Islam ke seluruh penjuru dunia. Islam
datang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Penaklukan wilayah-wilayah,
adalah sebagai bagian dari upaya untuk menyebarkan Islam, bukan menjajahnya.
Itu sebabnya, banyak orang yang kemudian tertarik kepada Islam. Satu contoh
menarik adalah tentang Futuh Makkah (penaklukan Makkah), Rasulullah dan sekitar
10 ribu pasukannya memasuki kota Makkah. Kaum Quraisy menyerah dan berdiri di
bawah kedua kakinya di pintu Ka’bah. Mereka menunggu hukuman Rasul setelah
mereka menentangnya selama 21 tahun. Namun, ternyata Rasulullah justru
memaafkan mereka.
Begitu pula yang
dilakukan oleh Shalahuddin al-Ayubi ketika merebut kembali Yerusalem dari
tangan Pasukan Salib Eropa, ia malah melindungi jiwa dan harta 100 ribu orang
Barat. Shalahuddin juga memberi ijin ke luar kepada mereka dengan sejumlah
tebusan kecil oleh mereka yang mampu, juga membebaskan sejumlah besar
orang-orang miskin. Panglima Islam ini pun membebaskan 84 ribu orang dari situ.
Malah, saudaranya, al-Malikul Adil, membayar tebusan untuk 2 ribu orang
laki-laki di antara mereka.
Padahal 90 tahun
sebelumnya, ketika pasukan Salib Eropa merebut Baitul Maqdis, mereka justru
melakukan pembantaian. Diriwayatkan bahwa ketika penduduk al-Quds berlindung ke
Masjid Aqsa, di atasnya dikibarkan bendera keamanan pemberian panglima Tancard.
Ketika masjid itu sudah penuh dengan orang-orang (orangtua, wanita, dan
anak-anak), mereka dibantai habis-habisan seperti menjagal kambing. Darah-darah
muncrat mengalir di tempat ibadah itu setinggi lutut penunggang kuda. Kota
menjadi bersih oleh penyembelihan penghuninya secara tuntas. Jalan-jalan penuh
dengan kepala-kepala yang hancur, kaki-kaki yang putus dan tubuh-tubuh yang
rusak. Para sejarawan muslim menyebutkan jumlah mereka yang dibantai di Masjid
Aqsa sebanyak 70 ribu orang. Para sejarawan Perancis sendiri tidak mengingkari
pembantaian mengerikan itu, bahkan mereka kebanyakan menceritakannya dengan
bangga.
Fakta ini cukup
membuktikan betapa Islam mampu memberikan perlindungan kepada penduduk yang
wilayahnya ditaklukan. Karena perang dalam Islam memang bukan untuk
menghancurkan, tapi memberi kehidupan. Dengan begitu, Islam tersebar ke hampir
sepertiga wilayah di dunia ini.
Peradaban Islam
memang mengalami jatuh-bangun, berbagai peristiwa telah menghiasi perjalanannya.
Meski demikian, orang tidak mudah untuk begitu melupakan peradaban emas yang
berhasil ditorehkannya untuk umat manusia ini. Pencerahan pun terjadi di segala
bidang dan di seluruh dunia.
Sejarawan Barat
beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan
peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku
antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain,
dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya
dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Orientalis
Sedillot seperti yang dikutip Mustafa as-Siba’i dalam Peradaban Islam, Dulu,
Kini, dan Esok, mengatakan bahwa, “Hanya bangsa Arab pemikul panji-panji
peradaban abad pertengahan. Mereka melenyapkan barbarisme Eropa yang
digoncangkan oleh serangan-serangan dari Utara. Bangsa Arab melanglang
mendatangi ‘sumber-sumber filsafat Yunani yang abadi’. Mereka tidak berhenti
pada batas yang telah diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmu pengetahuan,
tetapi berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu baru bagi pengkajian
alam.”
Andalusia, yang
menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan
ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan iptek
yang dibangun kaum muslimin.
Jadi wajar jika
Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama
buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di
perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu,
Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang
dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da
Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso
X dari Castella.
Buku
al-Bashariyyat karya al-Hasan bin al-Haitsam diterjemahkan oleh Ghiteleon dari
Polska. Gherardo dari Cremona menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan
menerjemahkan asy-Syarh karya Jabir. Belum lagi ribuan buku yang berhasil
memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau
perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam
di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku
yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah
memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli
di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000
eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya.
Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika
mereka menyerang Islam.
Peradaban Islam
memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery,
tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’nya, Barat bukanlah
apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.
Empat belas abad
yang silam, Allah Ta’ala telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan
ikutan bagi umat manusia. Beliau adalah merupakan Rasul terakhir yang membawa
agama terakhir yakni Islam. Hal ini secara jelas dan tegas dikemukakan oleh
Al-Qur’an dimana Kitab Suci tersebut memproklamasikan keuniversalan misi dari
Muhammad SAW sebagaimana kita jumpai dalam ayat-ayat berikut ini:
Katakanlah,
“Wahai manusia , sesungguhnya aku ini Rasul kepada kamu sekalian dari Allah
yang mempunyai kerajaan seluruh langit dan bumi. Tak ada yang patut disembah
melainkan Dia.”…………..(QS. 7:159).
Dan kami
tidaklah mengutus engkau melainkan sebagai pembawa kabar suka dan pemberi
peringatan untuk segenap manusia……….(QS. 34:29).
Dan tidaklah
Kami mengutus engkau melainkan sebagai rahmat bagi seluruh ummat…….(QS.
21:108).
Nabi Muhammad
SAW telah mengubah pandangan hidup dan memberi semangat yang menyala-nyala
kepada umat Islam, sehingga dari bangsa yang terkebelakang dalam waktu yang
amat singkat mereka, mereka telah menjadi guru sejagat. Ummat Islam
menghidupkan ilmu, mengadakan penyelidikan-penyelidikan. Fakta sejarah
menjelaskan antara lain , bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki
kejayaan, bahwa ada masanya ummat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina
di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan
Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai
cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan,
filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi.
Masa Kejayaan
Islam Pertama telah menjadi bukti sejarah bahwa dengan mengamalkan ajaran
Al-Qur’an ummat Islam sendiri akan menikmati kemajuan peradaban dan kebudayaan
diatas bumi ini. Di masa Kejayaan Islam Pertama, pimpinan Islam berada di
tangan tokoh-tokoh yang setiap orangnya patuh sepenuhnya dan setia kepada Nabi
Muhammad SAW, baik secara keimanan, keyakinan, perbuatan, akhlak, pendidikan,
kesucian jiwa, keluhuran budi maupun kesempurnaan.
Pimpinan Ummat
Islam sesudah wafatnya nabi Muhammad SAW, Abubakar, Umar, Utsman dan Ali adalah
merupakan pemimpin-pemimpin duniawi dengan jabatan Khalifah, yang menganggap
kedudukan mereka itu sebagai pengabdian pada ummat Islam, bukan sebagai alat
untuk mendapatkan kekuasaan mutlak dan kemegahan. Dalam tiga abad pertama
sejarah permulaaan Islam (650-1000M) , bagian-bagian dunia yang dikuasai Islam
adalah bagian-bagian yang paling maju dan memiliki peradaban yang tinggi. Negeri-negeri
Islam penuh dengan kota-kota indah, penuh dengan mesjid-mesjid yang megah,
dimana-mana terdapat perguruan tinggi dan Univesitas yang didalamnya tersimpan
peradaban-peradaban dan hikmah-hikmah yang bernilai tiggi. Kecemerlangan Islam
Timur merupakan hal yang kontras dengan dunia Nasrani Barat, yang tenggelam
dalam masa kegelapan zaman.
No comments:
Post a Comment