MAKALAH
ILMU SOSIAL dan
BUDAYA DASAR
“MANUSIA dan
PERADABAN”
DISUSUN OLEH :
-
|
AHMAD QODRI
|
(F1B 015 003)
|
-
|
IKHLAS ANUGERAH
|
(F1B 015 035)
|
-
|
LALU GUSMAN TAJRI
|
(F1B 014 051)
|
-
|
MUHAMMAD AMRI AKBAR
|
(F1B 015 062)
|
-
|
RAMADHAN WIBI SURYA AJI
|
(F1B 015 079)
|
-
|
HENDRA KURNIAWANSYAH.P
|
(F1B 012 037)
|
-
|
NOVIA NITTA RIZKIA RAHMI
|
(F1B 014 077)
|
JURUSAN TEKNIK
ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
MATARAM
2017
KATA PENGANTAR
Dengan asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya
milik Allah atas segala nikmat, yang bersifat lahir maupun batin, yang tidak
pernah berhenti Dia karuniakan kepada kita, terutama nikmat Iman,Islam, Ihsan,
Makrifat, Tauhid, dan Takwa.
Shalawat, salam, serta berkah semoga senantiasa Allah Swt. Limpahkan kepada
Nabi kita, Rasul kita, Cahaya kita, dan Pemimpin kita, Muhammad Saw., beserta
keluarga, keturunan, dan para sahabat beliau. Semoga Allah Swt. senantiasa
mencurahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada seluruh muslimin dan muslimat yang
setia kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Puji dan Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan serta curahan-Nya lah kami dapat menyelesaikan “Manusia dan Peradaban”.
Puji dan Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan serta curahan-Nya lah kami dapat menyelesaikan “Manusia dan Peradaban”.
Mataram,
27 Maret 2017
Daftar
isi
Kata Pengantar
…….
Bab I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan dan Manfaat
Bab II. PEMBAHASAN
2.1.
Hakikat Manusia
menurut pandangan para ahli dan agama
2.2.
Pengertian
Adab dan Peradaban
2.3.
Pengertian
Manusia sebagai Makhluk Beradab dan Masyarakat Adab
Bab III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang
mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk
berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya
manusia dituntut untuk menggunakan fisik atau jasmaninya melakukan sesuatu yang
sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat
mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban
mempunyai hubungan yang sangat erat karena diantara keduanya saling mendukung
untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya.Suatu peradaban timbul
karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya factor manusianya yang
melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud,
tahapan dan dapat berevolusi atau berubah sesuai dengan perkembangan zaman.Dari
peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan pada kehidupan
social.Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi yang terjadi
di masyarakat.
Masyarakat yang beradab dapat
diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan budi
pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki
manusia beradab dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Dalam rangka melaksanakan tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar, maka kami membuat makalah tentang Manusia dan Peradaban untuk
mengetahui tentang pengertian adab dan peradaban, mengetahui pengertian
manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab, mengetahui pengertian
evolusi dan apa saja tahapan-tahapan peradaban, mengetahui pengertian dan
cakupan kebudayaan sosial, mengetahui apa saja wujud dari peradaban, mengetahui
pengertian tradisi, modernisasi dan masyarakat madani, mengetahui pengertian
ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab, dan mengetahui problematika peradaban bagi kehidupan manusia.
1.2.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
hakikat manusia menurut pandangan para ahli dan agama ?
2. Apakah
pengertian dari adab dan peradaban?
3. Evolusi dan
Tahapan-tahapan Peradaban?
4. Apakah
pengertian manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab?
5. Bagaimana
wujud dari peradaban?
6. Bagaimana
dinamika peradaban global pada kehidupan manusia?
7. Bagaimana
peradaban dan problematikanya bagi kehidupan manusia?
1.3.
Tujuan dan
Manfaat
2.
Mengetahui hakikat manusia menurut pandangan para ahli
dan agama.
3.
Mengetahui pengertian dari adab dan
peradaban.
4.
Mengetahui Evolusi dan Tahapan-tahapan Peradaban.
5.
Mengetahui pengertian manusia
sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab
6.
Mengetahui wujud dari peradaban.
7.
Mengetahui dinamika peradaban global
pada kehidupan manusia
8.
Mengetahui peradaban dan
problematikanya bagi kehidupan manusia.
II.
PEMBAHASAN
2.1.
Hakikat Manusia menurut pandangan para ahli
dan agama
a. Manusia menurut pandangan para ahli
1.
Pandangan Psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik
diyakini bahwa pada hakikatnya manusiadigerakkan oleh dorongan-dorongan dari
dalam dirinya yang bersifat instingtif.Halini menyebabkan tingkah laku seorang
manusia diatur dan dikontrol olehkekuatan psikologis yang memang ada dalam diri
manusia.Terkait hal ini dirimanusia tidak memegang kendali atau tidak
menentukan atas nasibnya seseorangtapi tingkah laku seseorang itu semata-mata
diarahkan untuk mememuaskan kebutuhan dan insting biologisnya.
2.
Pandangan Humanistik
Para humanis menyatakan bahwa
manusia memiliki dorongan-dorongandari dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya
mencapai tujuan yang positif.Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat
menentukan nasibnya sendiri.Hal ini membuat manusia itu terus berubah dan
berkembang untuk menjadipribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia
dapat pula menjadi anggotakelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik.
Mereka juga mengatakanselain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam
hidupnya jugadigerakkan oleh rasa tanggung jawab sosial dan keinginan
mendapatkan sesuatu.Dalam hal ini manusia dianggap sebagai makhluk individu dan
juga sebagaimakhluk sosial[1].
3.
Pandangan Martin Buber
Martin Buber mengatakan bahwa
pada hakikatnya manusia tidak bias disebut ‘ini’ atau ‘itu’.Menurutnya manusia
adalah sebuah eksistensi ataukeberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi
oleh kesemestaan alam. Namunketerbatasan ini hanya bersifat faktual bukan
esensial sehingga apayang akandilakukannya tidak dapat diprediksi. Dalam
pandangan ini manusia berpotensiuntuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung
kecenderungan mana yang lebih besardalam diri manusia. Hal ini memungkinkan
manusia yang ‘baik’ kadang-kadangjuga melakukan ‘kesalahan’.
4.
Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya kelompok Behavioristik
menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor dari luardirinya, yaitu
lingkungannya.Lingkungan merupakan faktor dominan yangmengikat hubungan
individu.Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar,seperti adanya teori conditioning
atau teori pembiasaan dan keteladanan.Merekajuga meyakini bahwa baik dan
buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.Dari uraian di atas bisa diambil
beberapa kesimpulan yaitu;
a.
Manusia pada dasarnya memiliki tenaga dalam yang
dapat menggerakkanhidupnya.
b.
Dalam diri manusia ada fungsi yang bersifat
rasional yang bertanggungjawab atas tingkah laku intelektual dan sosial
individu.
c.
Manusia pada hakikatnya dalam proses ‘menjadi’,
dan terus berkembang.
d.
Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif, mampumengatur dan mengendalikan dirinya dan mampu menentukan
nasibnyasendiri.
e.
Dalam dinamika kehidupan individu selalu
melibatkan dirinya dalam usahauntuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang
lain, dan membuatdunia menjadi lebih baik.
f.
Manusia merupakan suatu keberadaan yang
berpotensi yangperwujudannya merupakan ketakterdugaan. Namun potensi itu
bersifatterbatas.
g.
Manusia adalah makhluk Tuhan, yang yang
kemungkinan menjadi “baik” atau ”buruk”.
h.
Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia
dan tingkah laku itumerupakan kemampuan yang dipelajari.[2]
Beberapa
pendapat lain tentang hakikat manusia adalah:
1. Pandangan
Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik
semua benda yang ada di dunia ini termasukmakhluk hidup dipandang sebagai
sebagai mesin, dan semua proses termasukproses psikologi pada akhirnya dapat
diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi.Lock dan Hume, berdasarkan asumsi ini
memandang manusia sebagai robot yangpasif yang digerakkan oleh daya dari luar
dirinya. Menurut penulis pendapat iniseperti menafikan keberadaan potensi diri
manusia sehingga manusia hanya bias diaktivasi oleh kekuatan yang ada dari luar
dirinya.
2. Pandangan
Organismik
Pandangan organismik
menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan(gestalt), yang lebih dari pada
hanya penjumlahan dari bagian-bagian.Dalampandangan ini dunia dianggap sebagai
sistem yang hidup seperti halnya tumbuhandan binatang.Organismik menyatakan
bahwa pada hakikatnya manusia bersifat aktif, keutuhan yang terorganisasi dan
selalu berubah. Manusia menjadi sesuatukarena hasil dari apa yang dilakukannya
sendiri, karena hasil mempelajari.Menurut penulis pandangan ini mengakui adanya
kemampuan aktualisasi dirimanusia melalui pengembangan potensi-potensi yang
telah ada pada diri manusia.
3. Pandangan
Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual
manusia hanya dapat dipahami dalamkonteksnya.Manusia tidak independent,
melainkan merupakan bagian darilingkungannya.Manusia adalah individu yang aktif
dan organisme sosial.Untukbisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan
mengenalperkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejala-gejala
fisik,psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan
historis[3].
b. Manusia
Menurut Pandangan Islam.
Ada beberapa dimensi manusia
dalam pandangan Islam, yaitu:
1. Manusia
Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)
Sebagai hamba Allah, manusia
wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah
untuk disembah dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba
Allah tidak terbatas hanya pada ucapan danperbuatan saja, melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati, seperti yangdiperintahkan dalam surah Bayyinah: “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supayamenyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam menjalankanagama yang lurus …,” (QS:98:5).
Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan:“Tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.”(QS51:56).Dengan
demikian manusia sebagai hamba Allah akan menjadi manusiayang taat, patuh dan
mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanyamengharapkan ridha Allah.
2. Manusia
Sebagai al- Nas
Manusia, di dalam al- Qur’an
juga disebut dengan al- nas.Konsep al- nas inicenderung mengacu pada status
manusia dalam kaitannya dengan lingkunganmasyarakat di sekitarnya.Berdasarkan
fitrahnya manusia memang makhluk sosial.Dalam hidupnya manusia membutuhkan
pasangan, dan memang diciptakanberpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam
surah an- Nisa’, “Hai sekalianmanusia, bertaqwalaha kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorangdiri, dan dari padanya Allah
menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alahmemperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalahkepada Allah dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama laindan peliharalah
hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga danmengawasi kamu.”(QS:4:1).
Selanjutnya dalam surah al-
Hujurat dijelaskan: “Hai manusia sesungguhnyaKami menciptakan
kamu dari seorng laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah
adalah yang paling taqwadi antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”(QS:49:13).
Dari dalil di atas bisa
dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yangdalam hidupnya membutuhkan
manusia dan hal lain di luar dirinya untukmengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya agar dapat menjadi bagian darilingkungan soisal dan masyarakatnya.
3. Manusia
Sebagai khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai
khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah
ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Merekaberkata:”Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akanmembuat kerusakan dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbihdengan memuji engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “SesungguhnyaAku mengetahui apa yang kamu
tidak ketahui.” (QS:2: 30), dan surah Shad ayat 26,“Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di mukabumi, maka
berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamumengikutihawa
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS:38:26).
Dari kedua ayat di atas dapat
dijelaskan bahwa sebutan khalifah itumerupakan anugerah dari Allah kepada
manusia, dan selanjutnya manusiadiberikan beban untuk menjalankan fungsi
khalifah tersebut sebagai amanah yangharus dipertanggungjawabkan[4].
4. Manusia Sebagai Bani Adam
Sebutan manusia sebagai bani
Adam merujuk kepada berbagai keterangan
dalam al- Qur’an yang
menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan
bukan berasal dari hasil
evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh
Charles Darwin. Konsep bani
Adam mengacu pada penghormatan kepada nilainilai
kemanusiaan. Konsep ini
menitikbertakan pembinaan hubungan
persaudaraan antar sesama
manusia dan menyatakan bahwa semua manusia
berasal dari keturunan yang
sama. Dengan demikian manusia dengan latar
belakang sosia kultural,
agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai
sama, dan harus diperlakukan
dengan sama.
5. Manusia
Sebagai al- Insan
Manusia disebut al- insan
dalam al- Qur’an mengacu pada potensi yang
diberikan Tuhan kepadanya.
Potensi antara lain adalah kemampuan berbicara
(QS:55:4), kemampuan
menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu
(QS:6:4-5), dan lain-lain.
Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia
sebagai al- insan juga
mempunyai kecenderungan berprilaku negatif (lupa).
Misalnya dijelaskan dalam
surah Hud: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia
suatu rahmat, kemudian
rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi
putus asa lagi tidak
berterima kasih.” (QS: 11:9).
6. Manusia
Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Hasan Langgulung mengatakan
bahwa sebagai makhluk biologis manusia
terdiri atas unsur materi,
sehingga memiliki bentuk fisik berupa tubuh kasar
(ragawi). Dengan kata lain
manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum
terikat kepada kaedah umum
makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan
dan perkembangan, serta memerlukan makanan
untuk hidup, dan pada
akhirnya mengalami kematian. Dalam al- Qur’an surah al-
Mu’minūn
dijelaskan: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari
pati tanah. Lalu Kami
jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang
kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu menjadi
segumpal daging, dan
segumpal daging itu kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk berbentuk
lain, maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”(QS:
23: 12-14).
Menurut
Damono sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa
Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti[5]. Adab erat hubungannya dengan:
·
Moral yaitu nilai – nilai dalam
masyarakat yang hubungannya dengan kesusilaan
2.2.
Norma yaitu Pengertian Adab dan
Peradaban
·
aturan, ukuran atau pedoman yang
dipergunakan dalam menentukan sesuatu yang baik atau salah.
·
Etika yaitu nilai-nilai dan norma
moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur
tingksh laku manusia.
·
Estetika yaitu berhubungan dengan
segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan, keselarasan dan
kebalikan.
Menurut Fairchild
sebagaimana yang dikutip oleh Oman Sukmana, “peradaban” adalah perkembangan
kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia
pendukungnya.
Menurut Bierens
De Hans “peradaban” adalah seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik dan
teknik. Jadi, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang
praktis, sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang berasal dari hasrat dan
gairah yang lebih murni diatas tujuan yang praktis hubungannya dengan
masyarakat.
Menurut
Prof. Dr. Koentjaraningrat “peradaban” adalah bagian-bagian kebudayaan yang
halus dan indah seperti kesenian.Dengan demikian
“peradaban” adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula,
yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan
tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan, teknologi dan seni yang
telah maju. Masyarakat tersebut dapat dikatakan telah mengalami proses
perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks.
2.3.
Pengertian Manusia sebagai Makhluk
Beradab dan Masyarakat Adab
Manusia
disamping sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk
sosial budaya, dimana saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk
Tuhan manusia memiliki kewajiban mengabdi kepada Sang Kholik, sebagai makhluk
individu manusia harus memenuhi segala kebutuhan pribadinya dan sebagai makhluk
sosial budaya manusia harus hidup berdampingan dengan manusia lain dalam
kehidupan yang selaras dan saling membantu.
Manusia
sebagai makhluk sosial disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya
mempunyai tanggungjawab seperti anggota masyarakat lain, agar dapat
melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, manusia yang
bertanggungjawab adalah manusia yang dapat menyatakan bahwa tindakannya itu
baik dalam arti menurut norma umum.
Untuk
menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi
aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai-nilai
kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai
pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu
akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian. Dan inilah
sesungguhnya makna hakiki sebagai manusia beradab.
Konsep masyarakat adab dalam
pengertian yang lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum. Dalam suatu masyarakat yang adil, setiap orang
menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya dianggap paling cocok
bagi setiap orang tersebut, yang tentunya perlu adanya keselarasan dan
keharmonisan. Namun demikian keinginan manusia untuk mewujudkan keinnginannya
atau haknya sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup, tidak boleh
dilakukan secara berlebihan bahkan merugikan manusia lain. Manusia dalam
menggunakan hak untuk memenuhi kepentingan pribadinya tidak boleh melampaui
batas atau merugikan kepentingan orang lain. Sebagai suatu anggota masyarakat
yang beradab manusia harus bisa menciptakan adanya keseimbangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Jadi, perlu adanya suatu kombinasi
yang ideal antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum
III.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kata
“adab” berasal dari bahasa Arab yang berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan
budi pekerti. Peradaban adalah tahapan tertentu dari kebudayaan masyarakat
tertentu pula, yang telah mencapai kebudayaan tertentu pula, yang telah
mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pngetahuan,
teknologi dan seni yang telah maju.
Untuk
menjadi makhluk yang beradab, manusia senantiasa harus menjunjung tinggi aturan
– aturan, norma – norma, adat – istiadat, ugeran dan wejangan atau nilai –
nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai
pranata sosial atau aturan sosial, sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu
akan tercipta ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian.
Peradaban sebagai wujud kebudayaan
yang bersifat non – materiil, seperti adat sopan santun pergaulan dalam
menjalani hidup dan kehidupan ini manusia senantiasa memegang teguh nilai-nilai
yang ada, baik berupa moral, norma, etika, dan estetika.
3.2.
SARAN
Dengan pengertian adab dan
peradaban yang disampaikan diatas bahwa
adab
dan peradaban di masyarakat memiliki peran yang sangat setral dalam kehidupan
masyarakat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari makalah ini
diharapkan kita bisa belajar dan mengerti akan peradaban, sehingga bisa
diterapkan di kehidupan sehari – hari.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Bangbang S. Mintargo.1993.
Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta: Universitas Trisakti
2.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung:
Rosda Karya, 2007, hal. 29.
HAKIKAT MANUSIA
MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT302 | Jurnal
Ilmiah
Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013.
3.
http://HAKEKAT%20MANUSIA%20MENURUT%20ALQURAN.html//
di akses pada
tanggal
22 Maret 2016 pukul 16.30
6.
Iskandar. 1980. Teknologi dan Perkembangan. Jakarta:
Yayasan Idayu.
7.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Press,2007,hal.105-109.
8.
Siti Khasinah.Jurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013 | 301
9.
Siti Khasinah, Jurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013 | 305
10.
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre
For Moderate Muslim
Indonesia:
Jakarta.
11.
Prasetya, Joko Tri. 1991. Ilmu Budaya Dasar. Rineka
Cipta: Jakarta. Alisyahbana,
12.
Yusuf Qardhawi, Pendidikan
dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan
Bintang, 1994,hal. 135.
[3]Sardiman, Interaksi dan
Motivasi...,
hal. 110.Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya, 2007, hal. 29.HAKIKAT
MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT302 | Jurnal Ilmiah
Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013
[4]Desmita, Psikologi
Perkembangan...,
hal. 18-31.Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang,
1994,hal. 135.Siti
KhasinahJurnal
Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013 | 303 Siti KhasinahJurnal Ilmiah
Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013 | 305
No comments:
Post a Comment